Pendakian Perdana Gunung Kerinci via Solok Selatan

Temukan Pengalaman Menarik melalui jalur baru pendakian gunung kerinci 3805mdpl via solok selatan

Tuesday, August 9, 2016

Bidar Alam Solok Selatan, Ibu Kota Negara Indonesia Yang Terlupakan


Selain memiliki keindahan alam yang luar biasa, Solok Selatan juga memiliki Wisata Sejarah yamg tidak kalah menarik yaitu salah satunya Daerah Bidar Alam yang sekarang berada di kecamatan Sangir Jujuhan. Bidar Alam yang berada di daerah Solok Selatan Pernah menjadi Ibu Kota Negara Indonesia di buktikan dengan adanya beberapa monumen dan peninggalan sejarah yang mendukung bukti tersebut. 


BERIKUT INI ADALAH KRONOLOGIS SEJARAH PDRI (19 DESEMBER 1948 – 13 JULI 1949) YANG MENYEBUTKAN DENGAN JELAS BAHWA BIDAR ALAM TERMASUK DALAM SEJARAH TERSEBUT.

19 Desember 1948
Yogyakarta dan Bukittinggi diserang oleh Belanda, secara  serentak Kabinet Hatta mengeluarkan dua surat mandat tentang pembentukan Pemerintah Darurat untuk Mr. Sjafruddin Prawiranegara di Bukittinggi dan Mr. A.A. Maramis di New Delhi. Pada saat yang sama Mr. Sjafruddin Prawiranegara mengadakan rapat darurat dengan para pemimpin di Bukittinggi dan mengumumkan secara terbatas tentang pembentukan PDRI. 

20 Desember 1948
Rapat-rapat dilakukan di Bukittinggi, sementara arus pengungsi keluar kota 
mulai terjadi. Kepala Staf AURI Komodor H. Soejono memerintahkan penyelamatan dua Stasiun Radio PHB AURI dengan membawanya ke Halaban (Payakumbuh Selatan) dan Piobang, Stasiun Radio tersebut adalah :
a. Stasiun Radio di bawah Opsir Udara III Luhukay.
b. Stasiun Radio di bawah Opsir Udara III M.S. Tamimi.

21 Desember 1948
Rombongan pemerintah sipil, termasuk Mr. Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Teuku Hasan meninggalkan Bukittinggi untuk seterusnya mengungsi ke Halaban. Kepala Kepolisian Sumatera Barat , Komisaris Sulaiman Efendi dan sejumlah pemimpin menyingkir ke Lubuk Sikaping, Pasaman. Stasiun Radio AURI pimpinan Lahukay tiba Halaban, tetapi tidak sempat mengudara, karena dibumihanguskan di Halaban. Stasiun Radio Pemancar pimpinan M. Jacob Loebis sampai di Piobang, Payakumbuh untuk seterusnya dibawa ke Koto Tinggi, tengah malam Kota Bukittinggi dibumihanguskan.


22 Desembar 1948 
Pembentukan Kabinet PDRI di Halaban. Stasiun Radio PHB AURI Pimpinan Tamimi diserahkan oleh Komondor H. Soejono Kepala PDRI (Sjafruddin Prawiranegara) untuk melayani komunikasi radio Mr. Sjafruddin Prawiranegara beserta rombongannya. Stasiun Radio itu ikut serta bergerilya hingga ke tempat pengungsian di Bidar Alam.


23 Desembar 1948 
Stasiun Radio Tamimi di Halaban untuk pertama kali dapat berhubungan dengan Stasiun Radio AURI yang lain, baik yang berada di Jawa maupun di Sumatera (Ranau, Jambi, Siborong-Borong dan Kotaraja). Sjafruddin Prawiranegara merasa gembira menerima laporan tes kemampuan Stasiun Radio PDRI, dan memngumumkan berdirinya PDRI.


24 Desembar 1948
Menjelang Subuh, rombongan PDRI di bawah pimpinan Sjafruddin Prawiranegara meninggalkan Halaban menuju Pekan Baru, melalui Lubuk Bangku dan Bakinang. Stasiun Radio Tamimi dengan semua peralatan pengirim dan penerima ditempatkan pada sebuah Jip, mengikuti rombongan PDRI Awak (Crew) Stasiun Radio tersebut adalah :


1. Opsir Udara M.S. Tamimi sebagai Kepala
2. Sersan Mayor Udara Kusnadi. sebagai Teknisi merangkap Teloegrafis
3. Sersan Mayor Udara R. Oedojo, Telegrafis
4. Kopral Udara Zainal Abidin,Telegrafis Mengabungkan diri di Bidar Alam dari Pangkalan Udara Jambi.
5. Letnan Muda Udara III Umar Said Noor, Bagian Sandi
Mengabungkan diri di Bidar Alam dari Pangkalan Udara Jambi. 

Stasiun Radio Tamimi mengunakan kode pangil (Call Sign) “UDO” singkatan dari Oedojo. Sering dipakai juga Call Sign “KND” atau “ZAY” singkatan dari Kusnadi dan Zainal Abidin. Type sender yang digunakan ialah MK III 19 Set. 

24 - 26 Desembar 1948
Rombongan Rasjid tiba di Koto Tinggi, dilengkapi dengan beberapa set perlengkapan Stasiun Radio :

a.Stasiun Radio AURI yang melayani Gubernur Sumatera Barat/Tengah di Koto Tinggi adalah Stasiun Radio ZZ di bawah pimpinan Opsir Muda Udara I M. Jacob dengan ahli telegaf antara lain Zainul Aziz, Soesatyo, Soegianto, Soeryo. 

b.Stasiun Radio AURI yang bertugas mulai 22 Desember 1948 sampai 11 November 1948 mengikuti Gubernur Sumatera Barat/Tengah Mr. Rasjid dengan type sender : TCS-10 

c.Stasiun Radio yang berpindah-pindah tempat, mulai dari Desa Koto Tinggi, Puar Datar (di sini hampir saja Stasiun Radio ini diketahui olah Belanda yang menyerbu Puar Datar, tetapi berkat kesiagaan dan kegesitan para awak pihak Belanda dapat dikelabui), Sungai Dadok sampai Mudik Dadok. Sebelum memasuki Kota via Piobang, pada tanggal 11 November 1948, Stasiun Radio ini beroperasi di Sungai Rimbang, Stasiun Radio AURI ini mampu berhubungan pula dengan Jawa dan Luar Negeri (India). 

d.Stasiun Radio AURI yang melayani Mr. Sjafruddin Prawiranegara di Koto Tinggi, antara 19 Juni 1949 dan 8 Juli 1949, berakhir saat tokoh ini berangkat ke Yogyakarta.

Rombongan Sjafruddin Prawiranegara berada di Bangkinang. Sewaktu rombongan berada di Bangkinang. Belanda yang mengunakan pesawat-pesawat P-51 menyerang dengan bom.
Stasiun Radio mengirim berita ke Pangkalan Udara Jambi, menyampaikan permintaan PDRI agar pesawat RI 005 PBY (AU) diterbangkan kesalah satu sungai di Riau, ternyata kemudian pada tanggal 29 Desember 1948 ketika Belanda menyerbu Kota Jambi, pesawat yang dimaksud tenggelam di Sungai Batang Hari saat berusaha lepas landas. 

27 - 28 Desembar 1948

Rombongan Sjafruddin Prawiranegara segera meninggalkan Bangkinang, menuju Tarakan Buluh dan menyeberangi Sungai Kampar untuk meneruskan perjalanan ke Teluk Kuantan. Beberapa sadan ditinggalkan dan ditenggelamkan ke dalam sungai. Setelah melewati beberapa kampong antara lain Lipat Kain dan Muara Lembu, Jip berisi peralatan Sender terbalik, masuk kubangan lumpur beserta seluruh penumpangnya. Penumpang Jip itu adalah
Sjafruddin Prawiranegara, Tumimi (yang bertindak sebagai sopir), Oedojo dan Kusnadi. Sjafruddin Prawiranegara kehilangan kacamatanya, untunglah jip beserta peralatan pengirim tidak mengalami kerusakan, meskipun memerlukan waktu sehari semalam untuk dibersihkan dan dikeringkan. Sedangkan Sjafruddin Prawiranegaraberuntung mendapatkan kacamata “baru” dari seorang Dokter yang bertugas di wilayahn itu.


29 Desembar 1948
Perjalanan diteruskan ke Teluk Kuantan, ditepi Sungai Kuantan mereka menginap. Sementara itu Panglima Kol. Hidayat singah di Koto Tinggi dalam perjalanan cross-country dari Selatan ke Utara Sumatera, hingga ke Aceh. Hidayat mengadakan rapat dengtan Gubernur Rasjid dan mengambil keputusan merombak Pemerintahan Sipil menjadi Pemerintahan Militer. Semua pejabat Gubernur Sipil dan segenap jajarannya dimiliterkan dan semua Wakil Gubernur diangkat dari Tokoh Militer.


30 - 31 Desembar 1948
Rombongan Sjafruddin Prawiranegara meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki dari Taluk ke Sungai Dareh, semua kendaraan di tinggalkan di Taluk. Pada suatu tempat tertentu antara Taluk dan Sungai Dareh peralatan Sender diangkut melalui hutan dengan Lori bekas Jepang. Penumpang Lori hanya dua orang yaitu : Ir. Indra Tjahja sebagai masinis dan Oedojo (Telegrafis) sebagai penjaga peralatan Sender.


1 Januari 1949
Tahun Baru rombongan menginap selama tiga hari di Sungai Dareh, beristirahat dan merayakan tahun baru. Stasiun Radio sempat mengirimkan Ucapan Selamat tahun Baru kepada seluruh Stasiun Radio AURI di Jawa dan Sumatera yang melayani Pemerintahan Sipilo dan Militer.


3 Januari 1949 

Rombongan Sjafruddin Prawiranegara berangkat dari Sungai Dareh ke Bidar Alam via Abai Siat dan Abai Sangir. Rombongan dibagi menjadi tiga : (1) Rombongan Induk dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara, menempuh jalur Sungai Batang Hari dengan mempergunakan sampan yang digerakan dengan dayung dan galah dari bamboo. (2) Rombongan Keuangan dipimpin oleh Mr. Loekman Hakim (Menteri Keuangan PDRI) menuju Muara Tebo dengan naik perahu bermotor, membawa klise oeang RI Poeloe Sumatera (ORIPS) untuk dicetak di Muaro Bungo. (3) Rombongan Satsiun Radio dipimpin oleh Wakil PDRI Mr. Teuku Hasan, mengambil jalan darat karena takut tenggelam, dengan berjalan kaki menuju Abai (setelah berpisah kurang lebih 2 minggu mereka bertemu kembali di Bidar Alam).
(Keterangan mengenai ORIPS : Mesin Cetak Uang RI Muaro Bungo dirakit oleh anggota-anggota AURI dari Jambi, yang dipimpin Opsir Udara III Soejono, dari bekas mesin cetak biasa. Hasil cetakan ORIPS itu diserahkan kepada Mr. Loekman Hakim, Menteri Keuangan PDRI dan dibagi-bagikan kepada pemerintah setempat di Muaro Bungo).


4 - 5 Januari 1949
Rombongan Stasiun Radio tiba di Abai Siat dan bersiap-siap menuju Abai Sangir (“From Abai to Abai”). Beberapa peralatan sender yang tidak begitu penting terpaksa ditinggalkan ditengah perjalanan kerena medan yang ditempuh sangat berat.


7 – 9 Januari 1949 
Rombongan Stasiun Radio beristirahat selama kurang lebih satu minggu di Abai Sangir. Ketika rombongan stasiun radio berada di Sangir, rombongan keuangan yang dipimpin Mr. Loekman Hakim sudah tiba di Muara Tebo dan siap-siap melanjutkan ke Bidar Alam. Selama di Abai Sangir, stasiun radio tetap mengudara.


10 Januari 1949
Belanda menyerang Koto Tinggi dari basisnya di Payakumbuh.


15 Januari 1949

Tragedi Situjuh Batur. Rapat Besar Pimpinan Sumatera Barat di Situjuh Batur digrebek Patroli Belanda. Banyak Korban jatuh termasuk beberapa Tokoh Paling Terkemuka di Sumatera Barat (antara lain Ketua MPRD, Chatib Soelaiman) dan Puluhan Prajurit dan BNPK di Nagari itu. Antara lain yang dimakamkan di Situjuh Batur yaitu :
1 CH. SULAIMAN MPRD
2 ARISUN ST. ALAMSYAH BUPATI
3 MUNIR LATIF LETKOL
4 ZAINUDDIN MAYOR
5 TANTAWI KAPTEN
6 AZINAR LAETNA I
7 SYAMSUL BAHRI LETNAN II
8 RUSLI SOPIR
9 SYAMSUDIN PMT


Yang dimakamkan di Situjuh Banda Dalam adalah :
1 M. ZEIN BPNK
2 RAMLI BPNK
3 SYAMSUL KAMAL BPNK
4 KAMASYHUR BPNK
5 NAKUMAN BPNK
6 MANGKUTO BPNK
7 AHMAD BPNK
8 RAJIMAN BPNK

Yang dimakamkan di Situjuh Gadang adalah :
1 RAUDANI LETDA
2 ABDUDIS LETDA
3 AGUS YATIM LETTU
4 AZIS JUNAID LETTU
5 ABAS HASAN SERMA
6 DARUHAN SERMA
7 RASYID SIRIN KOPTU
8 Y. MALIKI BPNK
9 HASAN BASRI BPNK
10 BURHAN BPNK
11 ALI AMRAN BPNK
12 SYAFWANEFF BPNK
13 A. MALIK BPNK

16 Januari 1949
Rombongan Stasiun Radio beserta Mr. Teuku Hasan tiba di Bidar Alam, rombongan Sjafruddin Prawiranegara sudah tiba disana terlebih dahulu. Sekitar minggu terakhir Januari 1949, seluruh rombongan secara lengkap sudah berada di Bidar Alam.


17 Januari 1949
Stasiun Radio PDRI berhasil melakukan kontak dengan New Delhi.


21 Januari 1949
Sjafruddin Prawiranegara mengirimkan ucapan selamat kepada Nehru dan peserta Konferensi New Delhi tentang Indonesia.


22 Januari 1949
Konferensi New Delhi yang dihadiri oleh 19 Delegasi Negara Asia, termasuk Delegasi Peninjau, mengeluarkan Resolusi (Resolusi New Delhi), yang berisi protes terhadap agresi Militer Belanda dan menuntut pengembalian Tawanan Politik (Soekarno-Hatta) dan semua pemimpin Republik ke Yogyakarta.


23 Januari 1949
Mr. Rasjid dari Koto Tinggi, mengirimkan ucapan selamat atas keberhasilan Konferensi New Delhi.


28 Januari 1949
DK-PBB mengeluarkan resolusi tentang masalah Indonesia.


29 Januari 1949
Hubungan PDRI dengan para pemimpin di Jawa mulai dapat dibuka lewat telegram Kol. T.B. Simatupang, Wakil Kepala Staf APRI, yang melaporkan perkembangan di Jawa kepada PDRI Pusat di Sumatera. Laporan ini kemudian pada 12 Februari 1949 disusul dengan laporan Kol. A.H. Nasution kepada Ketua PDRI.


7 Februari 1949
Menteri Kasimo, atas nama KPPD melaporkan perkembangan terakhir di Jawa sebagai tanggapan atas telegram Ketua PDRI, 15 Januari 1949.


8 – 30 Februari 1949

Komunikasi antar Tokoh PDRI di Sumatera dan Jawa dapat diintensifkan sehingga kepemimpinan dan strategi perjuangan menghadapi kekuatan militer Belanda semakin Terkonsolidasi.
Prakrasa perundingan yang disponsori oleh Badan PBB, UNCI, antara para pemimpin yang ditawan di Bangka dengan para petinggi Belanda di Jakrta di bawah pimpinan Wakil Tinggi Mahkota Belanda Dr. Beel.


28 Februari – Maret 1949
Serangan balik ke Ibu Kota berdasarkan gagasan cemerlang penguasa tertinggi Republik di Yogya, Sri Sultan Hamengku Buwono. Serangan itu dilaksanakan oleh para prajurit yang bermarkas di sekitar Yogya, dipimpin oleh Letkol Soeharto.


2 – 29 Maret 1949
Kontak antara PDRI di Sumatera dan PDRI di Jawa.


3 Maret 1949
Stasiun Radio Dick Tamimi di Bidar Alam menerima radiogram dari Wonosari tentang serangan 1 Maret 1949 (“6 jam di Yogya”). Radiogram tersebut langsung dikirim keseluruh Satsiun Radio AURI di Sumatera, termasuk Koto Tinggi, Aceh. Kabar itu, oleh Stasiun Radio AURI di Koto Tinggi, dikirimkan pula ke Perwakilan RI di New Delhi melalui surat stasiun radio di India. Berita yang sama juga disebarkan oleh Stasiun Radio AURI di Aceh (belakangan diketahui bahwa stasiun radio AURI tersebut berada di Desa Tangse dan di Kota Kotaraja), yang ternyata mempunyai hubungan dengan Stasiun Radio Angkatan Darat Burma. Atas izin pemimpin AD Burma saat itu, Stasiun Radio Angkatan Darat Burma dapat dipergunakan oleh Opsir Muda Udara III Soemarno untuk berhubungan dengan Stasiun Radio AURI di Aceh. Soemarno, telegrafis, bersama Opsir Udara III Wiweko, penerbangan berada di Burmadalam rangka penerbangan RI Seulawah.


31 Maret 1949
Penyempurnaan Susunan Kabinet PDRI. Keanggotaan Kabinet diperlengkapi dengan para Menteri yang masih aktif di Jawa, termasuk Mr. Maramis, Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta, yang diangkat sebagai Menteri Luar Negeri PDRI berkedudukan di New Delhi. 

1 April 1949
Panglima Besar Soedirman akhirnya memilih menetap di Desa Sobo, setelah mengungsi dan bergerilya sejak mundur dari Yogya, Subuh 19 Desember 1948 dia menetap di Desa itu hingga kembali ke Yogya 10 Juli 1949. 

15 – 25 April 1949
Rombongan Sjafruddin Prawiranegara secara bertahap meninggalkan Bidar Alam menuju Sumpur Kudus, tempat musyawarah besar pimpinan PDRI akan diadakan. 

4 Mei 1949
Rombongan Gubernur Militer Mr. Rasjid dari Koto Tinggi dan Mr. Moh. Nasroen, mantan Wakil Gubernur Sumatera Tengah yang diangkat sebagai Komisaris Pemerintah Pusat untuk Sumatera Tengah, tiba di Sumpur Kudus. 

5 Mei 1949
Rombongan PDRI Sjafruddin Prawiranegara, secara lengkap tiba di Desa Calau, Sumpur Kudus. Rombongan PDRI meninggalkan Bidar Alam dengan naik perahu dan berjalan kaki melalui desa-desa antara lain Abai Siat, Sungai Dareh, Kiliran Jao, Sungai Betung, Padang Tarok, Tapus, Durian Gadang, Menganti (menginap satu malam) dan akhirnya tiba di Calau, Silantai, Sumpur Kudus. 

7 Mei 1949
Pernyataan Roem-Royen di Jakarta, disusul dengan reaksi keras dari pihak oposisi, PDRI dan Panglima Besar Soedirman. 

9 Mei 1949
Rombongan Sjafruddin Prawiranegara meninggalkan Calau, menuju ke Sumpur Kudus. Setelah menempuh satu hari perjalanan, rombongan tiba disebuah dataran tinggi. Saat itu anggota rombongan dipecah tiga : Sjafruddin Prawiranegara ke Desa Silangit dan Silantai, Stasiun Radio Sjafruddin ke Desa Guguk Siaur dan rombongan Keuangan ke Desa Padang Aur dam desa-desa lain sekitarnya. Di Daerah Ampalu itu, kru Stasiun Radio AURI bertemu dengan Kru Stasiun Radio PTT di Desa Tamporunggo, Sungai Naning dan desa-desa lain. Sejak saat itu, kegiatan Stasiun Radio Dick Tamimi semakin intensif. 

14 – 17 Mei 1949
Sidang Paripurna Kabinet PDRI di Silantai, Sumpur Kudus di daerah Ampalu. Di tempat itu berkumpul semua anggota Kabinet PDRI yang berada di Bidar Alam dan Koto Tinggi, untuk membicarakan reaksi PDRI terhadap prakarsa perundingan yang dilakukan oleh para pemimpin yang ditawan di Bangka(Pimpinan Soekarno – Hatta). PDRI mengeluarkan pernyataan yang menolak prakarsa perundingan kelompok Bangka. 


18 Mei – 19 Juni 1949
Sjafruddin tidak kembali ke Bidar Alam, melainkan tetap bersama seluruh anggota rombongan berangkat ke Koto Tinggi. 

2 Juni 1949
Sjafruddin melakukan kontak radiogram dengan Hatta, via Kol. Hidayat, Panglima Sumatera yang bermarkas di Aceh. 

5 – 10 Juni 1949
Hatta berangkat ke Aceh untuk mencari PDRI 

19 Juni – 30 Juli 1949
Stasiun Radio AURI Tamimi (walaupun tanpa Tamimi lagi, karena yang bersangkutan telah ikut ke Koto Tinggi) masih berada di Siaur untuk beristirahat. Mereka ikut berpuasa dan berlebaran di Desa Siaur, pada tanggal 27 juli 1949. 

2 – 3 Juli 1949
Utusan Hatta (terdiri dari dr. Leimena, Moh. Natsir dan dr. A. Halim) yang hendak menemui Sjafruddin di Koto Tinggi, tiba di Padang. Setelah menginap satu malam di Hotel Muaro, mereka berangkat dengan konvoi ke Bukittinggi dan seterusnya ke Payakumbuh. Keadaan pada waktu itu belum aman, sehingga kendaraan mereka paling kurang harus berhenti lima kali, karena dicegat oleh Gerilyawan. 

6 – 7 Juli 1949
Perundingan antara utusan Hatta dan PDRI berlangsung di Koto Kaciak, Padang Japang Payakumbuh. Setelah melalui perundingan yang alot dan menegangkan, Sjafruddin berhasil diajak kembali ke Yogya, menandai terjadinya rujuk antara PDRI dan kelompok Bangka. 

6 – 8 Juli 1949
Rombongan pemimpin dari Bangka tiba di Yogya. Dua hari kemudian utusan Hatta tiba pula di Ibu Kota. 

10 Juli 1949
Sjafruddin dan Panglima Besar Soedirman memasuki Yogya. Sjafruddin bertindak sebagai Inspektur upacara penyambutan para pemimpin yang kembali ke Yogya. 

13 Juli 1949
Sidang Kabinet Hatta pertama sejak Agresi kedua Belanda dengan acara pokok pengembalian Mandat PDRI oleh Sjafruddin kepada Soekarno – Hatta. 

25 Juli 1949
Badan Pekerja KNIP dalam sidang pertama yang dipimpin Mr. Asaat, menyetujui pernyataan Roem Royen, tetapi dengan persyaratan yang diajukan PDRI melalui pengumuman pada 14 Juni. Persyaratan itu adalah : (1) TNI tetap berada di daerah yang didudukinya; (2) Tentara Belanda harus ditarik dari daerah yang didudukinya; (3) Pemulihan Pemerintah RI di Yogyakarta harus dilakukan dengan tanpa syarat. 

Sejak itu, babak baru sejarah perjuangan memasuki tahap akhir, hingga menyerahkan kedaulatan oleh Belanda kepada Indonesia (RIS) pada tanggal 27 Desember 1949.*
(*Dari berbagai sumber)

Ingin Menjelajahi dan Menikmati Eksotisnya Solok Selatan Silahkan Hubungi Kami:


Saturday, July 23, 2016

Event "Rang Solok Selatan Baralek Gadang"

Pada bulan Agustus 2016 untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 71 ini warga Solok Selatan akan mengadakan suatu event yang sangat menarik yaitu event "Rang Solok Selatan Baralek Gadang 2016".

Event ini juga bertujuan  untuk mempromosikan Pariwisata Solok Selatan yang sedang gencar dilakukan oleh Pemda Solok Selatan dan seluruh lapisan masyarakat yang ikut mempromosikan keindahan alam dan budaya Solok Selatan. Selain itu masyarakat Solok Selatan juga sangat mengharapkan supaya event seperti ini rutin diadakan oleh pemda yang akan di dukung penuh oleh segenap lapisan masyarakat yang sadar akan pentingnya pariwisata Solok Selatan.

Tuesday, July 12, 2016

Puncak Kopi BRJ - Bangun Rejo


Seiring dengan pembenahan dan promosi Potensi Pariwisata di Solok Selatan, salah satu dari warga Bangun Rejo Kenagarian Lubuk Gadang Utara mencoba membuat suatu terobosan peluang usaha wisata kuliner yang sekarang lebih di kenal oleh Masyarakat Solok Selatan dengan sebutan Puncak BRJ/Puncak Kopi BRJ ( BRJ = Bangun ReJo ) dengan memanfaatkan pemandangan yang luar biasa indah yang ada di ladang kopi nya di daerah Bangun Rejo yang berjarak kurang lebih 5 KM dari Ibu Kota Solok Selatan, Padang Aro.

Indahnya pemandangan alam kecamatan sangir yang luar biasa , seperti Kebun Teh Liki, Kota Padang Aro dan Sekitarnya serta barisan bukit yang menyusun mozaik indah sangat memanjakan mata bagi para pengunjung tempat ini dan membuat betah para pengunjung yang datang kesini. 

Selain itu ditempat ini juga memanjakan para pecinta Selfie dengan di sediakan tempat untuk Pecinta Selfie untuk bisa ber selfie ria sepuasnya dengan latar belakang keindahan alam kecamatan sangir. 

Untuk Harga makanan disini pun tidak akan membuat kantong anda bolong, walaupun dengan menu yang masih belum terlalu bervariasi tetapi dengan menikmati view keindahan wilayah kecamatan sangir ini di temani dengan segelas kopi yang nikmat dan aneka gorengan yang tersedia hangat akan membuat anda betah untuk berlama-lama disini.








Ingin Menjelajahi dan Menikmati Eksotisnya Solok Selatan Silahkan Hubungi Kami:



Tuesday, July 5, 2016

Selamat Datang Ke Kawasan 1000 Rumah Gadang


Tempat yang indah dan luar biasa ini pernah di kunjungi oleh salah satu putri proklamator Indonesia, Bung Hatta, yakni Meutia Farida Hatta Swasono, pada tahun 2008 yang lalu. Saat itu, beliau menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan semasa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Meutia Hatta memberikan julukan Solok Selatan sebagai Nagari Seribu Rumah Gadang karena masih banyaknya rumah yang berciri khas gonjong itu di sana.

Jika Anda ingin menikmati suasana perkampungan tradisional Minangkabau tempo dulu yang masih asli dan terjaga kelestariannya silahkan datang ke Nagari Koto Baru, Kabupaten Solok Selatan yang berjarak kurang lebih 30 km dari Kota Padang Aro Ibukota kabupaten Solok Selatan. Memasuki Nagari Koto Baru pengunjung akan menyaksikan perkampungan Minangkabau masa lampau. Ratusan rumah adat Minangkabau atau Rumah  Gadang di kiri kanan sepanjang jalan perkampungan sebagian besar masih terjaga keasliannya. Pemandangan rumah-rumah adat yang artistik ini mampu menghilangkan Letih dan lelah setelah menempuh perjalanan panjang dengan jarak kurang lebih 120km dan memakan waktu kurang lebih 3,5 jam dari Kota Padang ibukota provinsi Sumatera Barat.

Memasuki Nagari Koto Baru terlihat plang raksasa bertuliskan "Kawasan Saribu Rumah Gadang" di samping pintu masuk Masjid Raya Koto Baru. di kawasan yang berada di Kecamatan Sungai Pagu tersebut setidaknya terdapat 174 rumah gadang dari berbagai bentuk dan jumlah gonjong yang berbeda-beda, ini menandakan beraneka ragam suku minang diminangkabau seperti suku Melayu, Sikumbang, Kampai DLL, yang menempati kawasan 1000 Rumah gadang ini.

Disini juga tersedia penginapan untuk tamu yang ingin merasakan sensasi menginap di kawasan Seribu Rumah Gadang Kami dari Solok Selatan Tours Menyediakan Pilihan Home Stay untuk para tamu yang ingin menikmati sensasi Menginap di Rumah Gadang.

Silahkan Hubungi Kami melalui halaman kontak
 Solok Selatan Tours 

Berikut adalah foto-foto ekslusif tentang suatu tempat indah luar biasa yang di kenal dengan Nagari 1000 Rumah Gadang dari berbagai Koleksi yang termasuk disana adalah koleksi Foto Bapak Nofrin Napillus dimana beliau ini lebih dikenal sebagai salah seorang yang sangat giat mempromosikan Pariwisata Minangkabau secara umum dan Pariwisata Solok Selatan secara Khususnya.







Ingin Menjelajahi dan Menikmati Eksotisnya Solok Selatan Silahkan Hubungi Kami:



Saturday, July 2, 2016

Lembah Kura Kura di Jalur Pendakian Gunung Kerinci via Solok Selatan


Gunung Kerinci adalah gunung aktif tertinggi di asia tenggara dengan ketinggian 3.805 mdpl, gunung yang terletak di perbatasan antara provinsi Sumatera Barat dan Jambi ini menyimpan sejuta pesona yang bisa di nikmati oleh para penikmat Wisata Khusus Petualang.

Para pemuda-pemudi yang tergabung dalam berbagai organisasi di Solok Selatan yang di naungi oleh Sekretariat Bersama Pecinta Alam Solok Selatan atau lebih dikenal dengan SEKBER PA Koorda Solok Selatan sangat menyadari potensi yang ada di Gunung Kerinci ini untuk bisa di manfaatkan sebagai salah satu Wisata Minat Khusus untuk memperkaya khasanah pariwisata khususnya wisata alam yang ada di solok selatan.

Saat ini para pengiat wisata di Solok Selatan yang tergabung dalam naungan SEKBERPA Koorda Solok Selatan sedang giat-giatnya mempromosikan dan membenahi jalur pendakian gunung Kerinci via Solok selatan yang di dukung oleh Pemda Setempat. 

Jalur pendakian gunung Kerinci via Solok Selatan ini di ketahui menyimpan banyak potensi wisata yang luar biasa, salah satunya adalah dengan adanya Lembah Kura Kura yang di temukan pada ketinggian 2000 mdl oleh para perintis jalur pendakian Gunung Kerinci. di ketahui bahwa temuan ini merupakan satu satunya di indonesia bahkan mungkin di Dunia bahwa ada jalur pendakian Gunung dengan melewati lembah Kura Kura.

Selain itu jalur pendakian dari Solok Selatan juga menyediakan sumber air yang sangat berlimpah di sepanjang jalur pendakian tersebut, dan juga ada beberapa air terjun dengan pemandangan yang sangat indah yang bisa di temui di sepanjang jalur pendakian Gunung Kerinci Via Solok Selatan. 

Dengan adanya potensi yang sangat luar biasa ini tentunya masyarakat dari Solok Selatan sangat mengharapkan di resmikannya jalur pendakian gunung kerinci Via Solok Selatan yang rencananya akan di resmikan pada bulan Agustus 2016 ini karena dengan adanya jalur pendakian ini akan mendatangkan peminat wisata khusus yang tentunya akan berimbas kepada perkembangan kehidupan ekonomi masyarakat di solok selatan.

berikut ini kami lampirkan beberapa foto ekslusif dari perintis Pembukaan jalur pendakian gunung Kerinci via solok selatan.











Ingin Menjelajahi dan Menikmati Eksotisnya Solok Selatan Silahkan Hubungi Kami:

==========================o0o========================

Buat yang pengen buka usaha toko online tapi nggak punya produk yang mau di jual ayo gabung disini, tersedia beraneka macam produk untuk di jual dengan sistem Reseller Dropship.
KLIK DISINI atau Klik Banner di bawah untuk Join 



==================================o0o==============================

Saturday, June 25, 2016

Rumah Gadang 21 Ruang di Abai


Rumah Gadang adalah rumah adat kebanggan orang minangkabau, di rumah gadang inilah dahulu kala semua aktifitas pendidikan anak dan kemenakan diadakan oleh masyarakat minangkabau. Dengan arsitektur yang sangat indah dihiasi ukiran yang menandakan bahwa masyarakat minangkabau dari dahulu adalah orang yang sangat berbudaya dan menghargai keindahan dan keteraturan.
salah satu kebanggan masyarakat minangkabau adalah dengan adanya Rumah Gadang Panjang yang berada didaerah Abai kecamatan Sangir Batang Hari. Rumah Gadang Panjang ini memiliki 21 ruang dan memiliki total panjang yang bisa mengalahkan panjangnya lapangan bola.
Ayoooo kunjungi Rumah Gadang Panjang yang cuma ada di Solok Selatan..Ayoo ke Solok Selatan.


Ingin Menjelajahi dan Menikmati Eksotisnya Solok Selatan Silahkan Hubungi Kami:


Tuesday, June 21, 2016

Tubing DUCATI


Suatu terobosan luar biasa di lakukan oleh pemuda dari daerah Durian Capang Tigo di kecamatan Alam Pauh Duo salah satu daerah yang berada di solok selatan membuat dan menciptakan suatu Potensi  wisata yang menantang adrenalin yaitu arung jeram mini dengan mengunakan Ban Dalam berukuran besar yang telah di modifikasi dengan sedemikian rupa untuk mengarungi dan menikmati salah satu sungai di daerah tersebut yang lebih dikenal dengan TUBING DUCATI.

Dengan hadirnya Tubing Ducati ( Tubing DUrian CApang Tigo ) ini di solok selatan akan menambah daftar lagi objek wisata di solok selatan nan indah untuk bisa di kunjungi bersama keluarga tercinta.
Ayo Ke Solok Selatan, Ayo Ke Tubing Ducati...






Ket : Foto dari berbagai sumber

Ingin Menjelajahi dan Menikmati Eksotisnya Solok Selatan Silahkan Hubungi Kami:

Saturday, June 4, 2016

Kebun Teh Liki Solok Selatan

Indahnya kebun teh di solok selatan laksana lautan hijau yang sangat memanjakan mata dan menyejukkan fikiran, sangat cocok untuk melepas segala kepenatan dan rutinitas yang telah dialami sehari-hari, di temani dengan segelas teh hangat yang asli berasal dari solok selatan memang sangat menyenangkan apalagi bila di nikmati bersama keluarga dan orang yang tersayang.



Ingin Menjelajahi dan Menikmati Eksotisnya Solok Selatan Silahkan Hubungi Kami:



Aia Malanca



Menikmati keceriaan bersama keluarga di antara kicauan burung dan keindahan alam solok selatan sambil menikmati view gunung kerinci yang di dampingi oleh indahnya hamparan tanaman teh dari solok selatan bisa anda temukan di Aia Malanca Solok Selatan.

Aia malanca Solok Selatan adalah salah satu objek wisata alam yang indah dengan menyediakan pemandangan yang luar biasa dan anda beserta keluarga juga bisa bermain selucuran air dan bencengkrama bersama dengan perosotan air alami yang sangat segar dan seru untuk di nikmati bersama keluarga dan orang orang terkasih.

Selain itu tempat ini juga merupakan salah satu spot foto yang sangat instagramable untuk anda, baik spot foto dengan latar keindahan air terjun maupun spot foto dengan megahnya gunung kerinci yang menjulang perkasa di kejauhan.

Spot wisata aia malanca ini merupakan salah satu spot yang harus anda kunjungi jika anda berkunjung ke Solok Selatan

Ayo ke Aia Malanca Solok Selatan....


Ingin Menjelajahi dan Menikmati Eksotisnya Solok Selatan Silahkan Hubungi Kami: